Gianyar adalah sebuah kabupaten yang termasuk di wilayah Provinsi Bali dari Republik Indonesia, Kabupaten Gianyar juga dikenal sebagai pusat kesenian dan budaya ukiran di pulau Bali, selain itu Kabupaten Gianyar juga memiliki banyak daerah tujuan wisata dan objek wisata yang menarik untuk dikunjungi bagi wisatawan yang berlibur di pulau dewata Bali. Kabupaten Gianyar terletak kurang lebih 33.2 km atau 1 jam dari Kota Denpasar.
Tujuan wisata di Kabupaten Gianyar yang selama ini terkenal di mata dunia adalah Ubud yang merupakan salah satu dari beberapa destinasi wisata terbaik yang ada di pulau dewata Bali.
Gianyar memiliki banyak sekali memiliki seniman baik itu pelukis, penari, pematung, dan sebagainya sehingga tidak salah orang-orang menyebut Kabupaten Gianyar, Bali Indonesia adalah daerah pusat seni.
Salah satu tarian Bali yang terkenal seantero dunia adalah Tari Kecak yang diyakini lahir dan pertama kali ditarikan di Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar Bali pada tahun 1930-an oleh seniman I Wayan Limbak yang bekerja sama dengan seorang pelukis dari negara Jerman yang bernama Walter Spies.
Kabupaten Gianyar memiliki banyak daerah yang merupakan pusat kesenian kerajinan tangan, seperti Desa Batubulan dan Desa Singapadu yang merupakan pusat kesenian memahat batu & paras, Desa Celuk yang terkenal dengan kerajinan membuat perhiasan emas & perak, Desa Batuan dan Ubud yang terkenal dengan style dari lukisan nya, Desa Mas yang terkenal sebagai pusat kesenian mengukir/memahat patung kayu, topeng maupun furniture, Desa Bona yang terkenal dengan kerajinan anyaman dari daun lontar (ental) dan Desa Belega yang dikenal sebagai pusat kerajinan bambu (kursi & meja bambu).
Masa Gianyar Kuno
Berdasarkan bukti-bukti arkeologi di wilayah Gianyar sekarang dapat memberikan jalan dan pengetahuan bagi kita untuk mengetahui tentang masa lampau Gianyar sekitar 2000 tahun yang lalu dengan ditemukannya situs-situs purbakala dan perkakas (artefak) yang berupa batu, logam perunggu yang berupa Nekara (dikenal dengan nama Bulan Pejeng), relief-relief yang menggambarkan kehidupan manusia, candi-candi dan goa-goa yang ditemukan di daerah tebing-tebing dari sungai Pakerisan (Tukad Pakerisan) Gianyar, Bali.
Setelah ditemukannya bukti-bukti tertulis yang berupa prasasti diatas batu atau logam, maka dapat teridentifikasi situs pusat-pusat kerajaan masa lampau dari Dinasti Warmadewa di Keraton Singamandawa, Bedahulu, Gianyar Bali
Setelah ekspedisi Mahapatih Gajah Mada (dari Kerajaan Majapahit) yang telah dapat menguasai Pulau Bali maka pada bekas pusat markas pasukannya didirikan sebuah Keraton Samprangan sebagai pusat pemerintahan kerajaan yang dipegang oleh lima Raja Bali, yaitu:
- Raja Adipati Ida Dalem Kresna Kepakisan (1350-1380 Masehi), sebagai cikal bakal dari Dinasti Kresna Kepakisan, kemudian Keraton Samprangan mampu bertahan selama lebih kurang lebih tiga abad.
- Raja Ida Dalem Ketut Ngulesir (1380-1460 Masehi)
- Raja Ida Dalem Waturenggong (1460-1550 Masehi)
- Raja Ida Dalem Sagening (1580-1625 Masehi)
- Raja Ida Dalem Dimade (1625-1651 Masehi).
Dua raja Bali yang terakhir yaitu Ida Dalem Segening dan Ida Dalem Dimade telah menurunkan cikal bakal penguasa di beberapa daerah-daerah. Ida Dewa Manggis Kuning (1600-an) penguasa di Desa Beng Gianyar adalah cikal bakal Dinasti Manggis yang muncul setelah generasi II membangun Kerajaan Payangan Gianyar (1735-1843).
Salah seorang putra Raja Klungkung (Ida Dewa Agung Jambe) yang bernama Ida Dewa Agung Anom muncul sebagai cikal bakal dinasti raja-raja di Sukawati, Gianyar (1711-1771 Masehi) termasuk Peliatan dan Ubud, Gianyar Bali.
Pada periode yang sama, yaitu periode masa Kerajaan Gelgel muncul pula penguasa-penguasa daerah lainnya, yaitu I Gusti Ngurah Jelantik menguasai Blahbatuh, Gianyar dan kemudian I Gusti Agung Maruti menguasai daerah Keramas Gianyar yang keduanya adalah keturunan Arya Kepakisan.
Sejarah kabupaten Gianyar
Lebih dari seperempat abad yang lalu, tepatnya pada tahun 1770 Masehi, kurang lebih 2 km disebelah selatan Desa Bengkel (sekarang menjadi Desa Beng) dibangunlah sebuah puri baru dan disebut Griya Anyar (rumah baru).
Berdirinya Keraton Griya Anyar atau yang kemudian menjadi Puri Agung Gianyar yang diresmikan dengan upacara pada tanggal 19 April 1771, menandakan telah lahirnya sebuah kerajaan baru, yang diperintah oleh Ida Anak Agung I Dewa Manggis Api atau juga disebut I Dewa Manggis Sakti.
Setelah dinobatkan menjadi raja, Beliau bergelar I Dewa Manggis IV, sebagai raja Kerajaan Gianyar yang pertama (Raja Gianyar I). Puri Agung Gianyar sebagai keraton istana raja selanjutnya menjadi pusat ibu-kota kerajaan.
Sesudah wafatnya I Dewa Manggis Shakti sebagai peletak dasar Kerajaan Gianyar yang berdaulat penuh, kemudian tahta diwariskan kepada putra mahkota yang bergelar Ida I Dewa Manggis Di Madia (I Dewa Manggis V) sebagai Raja Gianyar II.
I Dewa Manggis V berkuasa tahun 1814-1839. Setelah beliau wafat, kemudian digantikan oleh putra mahkota yang bergelar Ida I Dewa Manggis Di Rangki (I Dewa Manggis VI) sebagai Raja Gianyar III, yang berkuasa dari tahun 1839-1847.
Pewaris tahta raja berikutnya adalah Ida I Dewa Manggis Mantuk Di Satria (I Dewa Manggis VII). Beliau berkuasa sebagai Raja Gianyar IV cukup lama yaitu selama 38 tahun dari tahun 1847-1885, sebelum kemudian diperdaya dan ditawan oleh Ida I Dewa Agung (Raja Klungkung).
Setelah Ida I Dewa Manggis VII diasingkan pada tahun 1885, tahta di Keraton Gianyar mengalami kekosongan sampai akhirnya wafatnya beliau pada tahun 1892 di pengasingan di Satria, Klungkung. Kemudian wilayah kekuasaan Kerajaan Gianyar dikuasai oleh Kerajaan Bangli dan Kerajaan Klungkung.
Pada bulan Januari 1893 kedua putra dari Ida I Dewa Manggis Mantuk Di Satria, yaitu Ida I Dewa Pahang dan Ida I Dewa Gde Raka, beserta keluarga berhasil meloloskan diri dari pengasingan dan kembali ke Gianyar.
Ida I Dewa Pahang sebagai Raja Gianyar V berhasil membebaskan diri dari pasukan Kerajaan Klungkung dan Bangli. Selama tiga tahun (1893-1896) beliau berjuang dan berhasil membebaskan Kerajaan Gianyar dari cengkraman kekuasaan raja-raja tetangga sehingga Kerajaan Gianyar berhasil berdaulat kembali.
Setelah Ida I Dewa Pahang wafat, kemudian tahta kerajaan dilanjutkan oleh adiknya yang bernama Ida I Dewa Gde Raka. Beliau dinobatkan sebagai Raja Gianyar VI dan berkuasa dari tahun 1896-1912.
Permusuhan dan konflik yang tanpa henti dengan Kerajaan-Kerajaan Badung, Mengwi, Bangli dan Klungkung menyebabkan situasi kehidupan di Kerajaan Gianyar menjadi kacau. Memperhatikan penderitaan rakyatnya dan untuk mencari perlindungan guna menyelamatkan kerajaan dari keruntuhan karena diancam dan diserang oleh 4 Kerajaan tetangga dari berbagai penjuru, maka akhirnya Ida I Dewa Gde Raka menyerahkan kedaulatan Kerajaannya kepada kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.
Selanjutnya Ida I Dewa Gde Raka (Ida I Dewa Manggis VIII), Raja Gianyar VI, sebagai stedehouder (Wakil) Pemerintah Hindia Belanda di Gianyar. Kemudian pada tanggal 23 Mei 1912, secara sukarela beliau mengundurkan diri. Dengan Surat Keputusan Gubernur Jendral tertanggal 11 Januari 1913, Ida I Dewa Gde Raka diberhentikan dengan hormat sebagai stedehouder di Kerajaan Gianyar Bali.
Ida I Dewa Ngurah Agung yang merupakan anak dari Ida I Dewa Manggis VIII kemudian menggantikan ayahnya di kerajaan Gianyar dan diangkat sebagai Regent untuk Kepala Pemerintahan di Gianyar dan diberi gelar "Anak Agoeng". Selanjutnya sejak 1 Juli 1938, daerah-daerah di Bali ditetapkan sebagai daerah swapraja yang masing-masing di kepalai oleh zelfbestuurder. Ida Anak Agung Ngurah Agung, Raja (zelfbestuurder) Gianyar, bersama-sama raja-raja swapraja lainya di Bali dilantik dengan kehormatan di Pura Besakih pada tanggal 29 Juni 1938.
Pada masa penjajahan Jepang di Gianyar yang di mulai pada tanggal 23 Februari 1942, Kerajaan Gianyar masih dipimpin oleh Raja Gianyar Ida Anak Agung Ngurah Agung. Kemudian pada tanggal 23 Agustus 1943, putra beliau yang bernama Ida Anak Agung Gede Agung dilantik sebagai Raja (Syutjo) Gianyar menggantikan ayahnya dan berkuasa hingga berakhirnya kependudukan jepang pada tahun 1945.
Memasuki masa kemerdekaan dan masa-masa kependudukan tentara sekutu dan NICA, Kerajaan Gianyar di bawah kepimpinan Raja Ida Anak Agung Gede Agung masih menjadi daerah swapraja/bagian dari pemerintahan daerah Bali. Daerah Bali sendiri menjadi bagian adminitrasi dari Negara Indonesia Timur (NIT), sedangkan NIT adalah bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS).
Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950 maka dilakukan perubahan sistem pemerintahan. Bekas daerah kerajaan di Bali yang berjumlah 8 kerajaan dijadikan daerah bagian/swapraja.
Pemerintahan daerah bagian/swapraja terdiri dari Ketua Dewan Pemerintahan daerah dan DPR daerah (yang mempunyai hak parlementer penuh). DPR Daerah yang telah dilantik, selanjutnya bertugas memilih Ketua Dewan Pemerintahaan Daerah Bagian/swapraja Gianyar, yaitu Ida Anak Agung Gde Oka untuk masa bakti 1953-1958.
Dikeluarkannya UU No. 69 Tahun 1958 tentang pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II, dimana kekuasaan eksekutif di jalankan oleh seorang Kepala Daerah Swatantra, maka diangkatlah kembali Ida Anak Agung Gde Oka menjadi Kepala Daerah Tingkat II Gianyar masa bakti 1958-1960.
Setelah dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, kemudian ditetapkan dengan penetapan No.6/1959 bahwa pemerintah daerah terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD. Kepala daerah disamping sebagai alat pemerintah daerah, juga merupakan pejabat negara sebagai alat pemerintah pusat di daerah (Bupati).
Selama pelaksanaan Penpres No. 6/1959 di Gianyar (kurun waktu 1960-1969) tercatat telah empat kali pergantian Kepala Daerah Swatantra Tingkat II dan yang juga disebut Bupati. Periode masa bakti 1960-1963, Bupati Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Gianyar dijabat oleh Tjokorda Ngurah, menggantikan Ida Anak Agung Gde Oka.
Selanjutnya masa bakti 1963-1964 dipimpin oleh Drh. Tjokorda Anom Pudak sebagai pejabat Kepala Daerah Bupati Gianyar. Berikutnya periode 1964-1965 dijabat oleh I Made Suyoga. BA. Sebagai Bupati Kepala Daerah Bupati Gianyar masa bakti 1965-1969.
Memasuki masa pemerintahan Orde Baru, dikeluarkan UU No.18/1965 maka diubahlah sebutan Daerah Swatantra Tingkat II Gianyar menjadi Kabupaten Gianyar sebagai Daerah Tingkat II. Kepala Daerahnya adalah seorang Bupati. UU No.18/1965 kemudian disempurnakan dengan UU No.5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.
Sejarah Kota Gianyar ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar No.9 tahun 2004 tanggal 2 April 2004 tentang hari jadi/hari ulang tahun Kota Gianyar.
Lambang Kabupaten Gianyar
Lambang daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar Bali, sesuai dengan peraturan daerah tentang lambang daerah Kabupaten Gianyar No.21/PD/dprd/1972 Tanggal 10 Agustus 1972.
Bagian-bagian Lambang Kabupaten Gianyar terdiri dari:
- Bentuk Lambang adalah segi lima sisi dengan warna dasar kuning
- Bintang berwarna kuning emas
- 51 butir Padi yang berwarna kuning emas
- 7 Tangkai bunga Kapas yang berwarna putih
- Pelinggih dengan Nekara (Bulan Pejeng), Patung & Penari Legong yang berwarna merah bata
- 45 buah mata rantai & lingkaran dengan warna dasar hijau tua
- Tulisan DHARMA RAKSATA RAKSITA berwarna hitam
Arti Lambang Kabupaten Gianyar:
- Segi Lima Sama Sisi: melambangkan falsafah Negara Pancasila
- Bintang: melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa
- Patung, Pelinggih dan Penari Legong : melambangkan ketinggian nilai-nilai kebudayaan dan kesenian Gianyar
- 51 butir Padi: melambangkan kemakmuran, mencerminkan Kabupaten Gianyar terdiri dari 51 buah desa
- 7 tangkai bunga kapas: mencerminkan Kabupaten Gianyar terdiri dari 7 buah kecamatan
- 45 buah mata rantai: melambangkan tahun Proklamasi Kemerdekaan 1945
- Bulan Pejeng (Nekara) di dalam pelinggih Pura Penataran Sasih yang merupakan salah satu peninggalan sejarah (purbakala) dari nenek moyang Bangsa Indonesia yang tersohor diseluruh dunia, yang melambangkan kepahlawanan, kebesaran, kemegahan, kekuatan dan kemakmuran
- Tulisan Dharma Raksata Raksita: yang berarti barang siapa yang berbuat Dharma, maka ia akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri
Arti Warna Lambang Kabupaten Gianyar:
- Warna kuning muda (emas), berarti keluhuran dan cinta kasih
- Warna merah bata berarti keperwiraan
- Warna hijau tua, mengandung arti damai, kesuburan, pengharapan dan optimisme
- Warna hitam berarti ketegasan
- Warna putih berarti kesucian
Geografi
Kabupaten Gianyar merupakan satu dari 9 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Bali. Secara geografi, Kabupaten Gianyar terletak pada koordinat 8.4248° Lintang Selatan dan 115.2601° Garis Bujur Timur.
Batas-batas wilayah administrasi adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten Bangli
- Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Bangli
- Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kota Denpasar dan Selat Badung
- Sebelah Barat: berbatasan Kabupaten Badung
Kabupaten Gianyar mempunyai luas 368 Km2 atau 36.800 Ha (6,53% dari luas wilayah Pulau Bali).
Gianyar memiliki bagian wilayah yang terdiri dari:
- Kecamatan Sukawati: 55,02 Km2 (14,95%)
- Kecamatan Blahbatuh: 39,70 Km2 (10,79%)
- Kecamatan Gianyar: 50,59 Km2 (13,75%)
- Kecamatan Tampaksiring: 42,63 Km2 (11,58%)
- Kecamatan Ubud: 42,38 Km2 (11,52%)
- Kecamatan Tegallalang: 61,80 Km2 (16,79%)
- Kecamatan Payangan: 75,88 Km2 (20,62%)
Fisiografi dan Topografi
Wilayah Kabupaten Gianyar membentang dari Utara ke Selatan. Keadaan tanah rata-rata tidak begitu tinggi diatas permukaan laut. Bagian Selatan dari Kabupaten Gianyar adalah 30% merupakan daratan, sedangkan bagian wilayah Utara merupakan daerah yang bergelombang. Tanah yang mencapai ketinggian 750 Meter dari permukaan laut tidak begitu luas, yaitu hanya 2,463.5 Ha dibandingkan dengan luas daratan.
Di bagian Selatan merupakan daerah datar dan agak rendah karena dekat dengan laut. Di bagian selatan ini terbentang pantai berpasir hitam sepanjang kurang lebih 20 Km. Wilayah Kabupaten Gianyar tidak memiliki danau maupun gunung.
Formasi bebatuan di Kabupaten Gianyar terdiri dari formasi kwarter berasal dari lafa dan endapan lahar Buyan, Bratan, dan Batur. Tutupan lafa dan lahar cukup tebal sehingga sungai yang terdapat di daerah ini mempunyai lembah dengan aliran yang sempit dan dalam, terutama pada wilayah daerah yang bergelombang di bagian utara Kabupaten Gianyar.
Sungai mengalir dari pegunungan di daerah Utara ke arah Selatan menuju lautan (Samudra Indonesia). Sungai-sungai ini kebanyakan bersifat permanen dan mengalirkan air sepanjang tahun.
Sungai-sungai yang mengalir dan mengairi wilayah Kabupaten Gianyar, yaitu:
- Sungai Yeh Oos panjangnya 44,000 Meter
- Sungai Petanu: 38,100 Meter
- Sungai Pakerisan: 36,500 Meter
- Sungai Sangsang: 32,500 Meter
- Sungai Sangku: 6,500 Meter
- Sungai Dos: 453,500 Meter
- Sungai Nangka: 7,000 Meter
- Sungai Cangkir merupakan batas dengan Kabupaten Badung
- Sungai Melangit merupakan pembatas wilayah Kabupaten Gianyar dengan Kabupaten Klungkung
Iklim
Iklim Kabupaten Gianyar adalah iklim laut tropis, sama dengan kabupaten lainnya di Bali. Memiliki 2 musim yaitu musim kemarau (April - Oktober), dan musim hujan (Oktober - April). Suhu udara di Kabupaten Gianyar rata-rata adalah 26° Celcius, dimana suhu udara terendah sekitar 23° Celcius dan yang tertingi 29° Celcius, dengan kelembaban udara rata-rata 82%.
Administrasi Kabupaten Gianyar
Lembaga Pemerintah, terdiri dari:
- 7 Kecamatan
- 6 Kelurahan
- 64 Desa
- 504 Banjar Dinas
- 43 Lingkungan
Lembaga Adat, terdiri dari:
- 271 Desa Pekraman
- 534 Sekaa Teruna
- 7 Widya Sabha Kecamatan
Populasi Penduduk
Jumlah Penduduk di Kabupaten Gianyar Bali pada tahun 2008 adalah sebanyak 438,974 jiwa dengan kepadatan penduduk 1,193 jiwa/Km2.
- Kecamatan Sukawati: 94,011 jiwa
- Kecamatan Blahbatuh: 60,873 jiwa
- Kecamatan Gianyar: 81,124 jiwa
- Kecamatan Tampaksiring: 45,074 jiwa
- Kecamatan Ubud: 67,064 jiwa
- Kecamatan Tegallalang: 49,117 jiwa
- Kecamatan Payangan: 41,711 jiwa
Objek Wisata di Kabupaten Gianyar
Kabupaten Gianyar Bali memiliki banyak objek wisata dan destinasi wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi untuk mengisi liburan di Bali. Bahkan destinasi wisata seperi Ubud sudah sangat terkenal di seluruh dunia yang sudah dilengkapi dengan fasilitas akomodasi bertaraf international, dari hotel berbintang 5 sampai dengan penginapan biasa dan homestay yang memudahkan wisatawan untuk memilih sesuai dengan budget mereka, selain itu juga terdapat banyak villa, restaurant dan warung-warung yang menyediakan menu makanan internasional sampai dengan makanan tradisional Bali.
Dibawah ini adalah objek wisata dan atraksi wisata yang populer di Kabupaten Gianyar Bali, beberapa tujuan wisata tersebut diantaranya adalah merupakan tempat suci (pura), situs purbakala, kebun binatang, sawah berundak (terasering), museum, dan lain sebagainya.
- Pura Goa Gajah (Elephant cave Temple)
- Hutan Monyet Ubud (Ubud Monkey Forest Sanctuary)
- Pura Tirta Empul
- Pura Penataran sasih (Bulan Pejeng)
- Sawah Berundak Tegalalang
- Candi Gunung Kawi
- Pura Gunung Kawi Sebatu
- Pura Puseh Desa Batuan
- Bali Zoo Park
- Bali Safari & Marine Park
- Bali Bird Park
- Bali Elephant Park
- Taman Nusa | Indonesian Cultural Park
- Kemenuh Butterfly Park
- Museum Gedong Arca
- Air terjun Tegenungan
- Air terjun kanto Lampo
- Candi Tebing tegallinggah
- Tebing Tersembunyi Beji Guwang Sukawati (Hidden Canyon)
- Pantai Lebih
- Bukit Campuhan Ubud (Campuhan Ridge Walk Ubud)
Peta Kabupaten Gianyar
Lokasi dan Peta Kabupaten Gianyar - Bali, Indonesia oleh Google Maps
Referensi:
- Situs Resmi Kabupaten Gianyar, Bali
- www.dprd-gianyarkab.go.id
- bappeda.gianyarkab.go.id
Permalink:
Kabupaten Gianyar - Bali, Indonesia | Bali Glory
0 Response to "Kabupaten Gianyar - Bali, Indonesia"
Posting Komentar